Judul di atas memang membuat kita semua harus sadar sejenak, tanggungjawab moral yang harus kita emban untuk dipertanggungjawabkan kepada publik Jakarta (di luar penikmat sepakbola Jakarta).
Idiom ini seperti terbaca sangat menggelikan tapi juga menjadi statement yang secara tidak langsung memvonis kita yang kurang berhasil dalam mengelola ribuan massa pendukung Persija.
Adanya chaos dimana-mana menurut versi polisi dan media selepas pertandingan Persija baik antara pendukung atau warga,ini adalah bentuk ketidakdewasaan para pendukung Persija.Yang mana memang lebih di dominisasi oleh anak-anak muda yang berangsur dewasa.
Proses pencarian jati diri dan kebanggaan wilayah tinggal juga menurut gue adalah faktor terbesar,meminimalisir gesekan memang tidak mudah kadang mereka datang nonton masih saja membawa ego sekolah,gang atau wilayah. Di sini The Jakmania secara struktural bisa mengawasi lingkup wilayah per wilayah melalui korwil yang terdekat.
Tentu ini bukan hanya tanggung jawab Jakmania secara struktural tapi menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai penikmat dan penggemar berat Persija. Perangkat hukum juga punya andil besar untuk memfasilitasi dan mengarahkan kemana ego anak-anak muda Jakarta disalurkan dengan positif. Biar bagaimanapun anak-anak ini adalah bagian hidup dari kemewahan Ibukota.
Tidak memberi solusi tapi memberi judge gue fikir ngga fair juga.Sosialisasi budaya tertib dan aturan hukum juga harus bisa menyentuh akar rumput. Paling tidak ada warning yang jelas mana yang, boleh mana yang tidak.
Jakarta dihuni ribuan suku yang notabene punya tingkat ego yang berbeda,jika saja seorang Jakmania yang berdasarkan dari ras dan suku yang terkenal keras maka akan berimplikasi keras tapi mungkin tidak semua.Karena kita semua sepakat membawa satu nama Jakarta.
Tolak ukur yang mengevaluasi aktifitas Jakmania selama mendukung Persija boleh dikatakan tidak sama. Versi Polisi misalnya mereka memberikan penilaian yang cukup miris dengan penilaian TARAF MEMPERIHATINKAN,kita juga ngga tahu apa yang menjadi entry point polisi dalam menilai mobilisasi massa pendukung Persija.Sangat disayangkan saja jika penilaian itu berdasarkan muatan media yang cenderung mencari kesalahan tanpa mau beresiko untung mengambil sesuatu yang positif dari komunitas penggemar Persija.
Tapi gue yakin kredit poin yang diberikan Polisi bukan berdasarkan masukan dan propaganda media tapi diambil dari institusi yang benar-benar profesional dalam hal penilaian.Sekarang saatnya kita semua berfikir dan bertindak sesuai norma kehidupan yang layaknya ada di masyarakat.
Jangan kita bertingkah serampangan hanya karena kita banyak dan dominan tapi coba belajar memahami hak dan tanggung jawab orang lain diluar komunitas kita, pengguna jalan, masyarakat luas dan orang yang benar-benar ingin menikmati Jakarta lebih nyaman, aman dan tertib.
Macet adalah urusan lumrah di Jakarta, tapi bagaimana caranya kita tidak lebih parah membuat kemacetan. Sepakbola adalah bahasa yang mudah untuk disampaikan tapi punya keterkaitan yang luas, karena bukan lagi urusan 11 lawan 11 tapi ribuan plus ribuan, ini yang harus kita bisa manage agar sepakbola bukan jadi hiburan semata tapi jadi magnet semua lapisan masyarakat.
Intinya tertib dulu saat kita hendak nonton pertandingan, agar masyarakat luas tidak takut untuk datang ke stadion, euforia yang kita sajikan di jalan kala berangkat untuk mendukung juga ditata dengan cara yang lebih apik agar tidak mengganggu yang lain.
Tanpa harus naik ke atas bus, tanpa harus bernyanyi yang tak beraturan dan tanpa harus mencegat mobil di jalan, ini saja yang pertama kita lakukan. Cukup pasang spanduk di mobil kala berangkat juga sudah merupakan bentuk sosialisasi kita dalam memberi info orang banyak akan adanya pertandingan.
Gue cuma mau kita mendukung Persija dengan tertib, teratur dan tidak merugikan orang. Tunjukkan pada masyarakat Jakarta kalau Jakmania itu santun dan bisa tertib, karena untuk menarik minat orang lain untuk menonton harus memakai cara yang lebih santun dan tertib.
Semoga ini jadi bahan renungan kita semua, sekarang ijin pertandingan sangat langka di Jakarta. Mohon jangan menambah sembrawut lagi Jakarta.
Persija tidak bisa juara karena terganjal faktor Non Teknis itu yang harus kita sadari semua, berbuat sopan dan santun demi kelancaran Persija meraih yang terbaik buat Jakarta. Kita bungkam berita miring dengan sejuta aksi dan prestasi bukan tingkah laku yang kampungan dan tidak beretika.
DMJakarta kota gue Oren warna gue Persija kebanggaan gue Sampae mati tetap gue